Arsitektur Hijau Pada Perumahan
Arsitektur Hijau
Pada Kawasan Perumahan
I.
Definisi dan Konteks Arsitektur Hijau
- Arsitektur Hijau (Green
Architecture),
Arsitektur
yang berwawasan lingkungan dan berlandaskan kepedulian tentang konservasi
lingkungan global alami dengan penekanan pada efisiensi energi (energy-efficient),
pola berkelanjutan (sustainable) dan pendekatan holistik (holistic
approach).
(Jimmy Priatman, ”ENERGY-EFFICIENT
ARCHITECTURE” PARADIGMA DAN MANIFESTASI ARSITEKTUR HIJAU)
- Arsitektur Hijau (Green
Architecture),
Sebuah
proses perancangan dengan mengurangi dampak lingkungan yang kurang baik,
meningkatkan kenyamanan manusia dengan efisiensi dan pengurangan penggunaan
sumber daya energi, pemakaian lahan dan pengelolaan sampah efektif dalam
tatanan arsitektur
(Futurarch
2008, “Paradigma Arsitektur Hijau”, green lebih dari sekedar
hijau,)
II. Prinsip Arsitektur Hijau
Menurut Brenda dan
Robert Vale dalam buku “Green Architecture : Design for A Sustainable
Future” ,
ada 6 prinsip dasar dalam perencanaan Green Architecture:
1.
Conserving energy
A building should be
constructed so as to minimized the need for fossil fuels to run it
(Sebuah bangunan
seharusnya didesain / dibangun dengan pertimbangan operasi bangunan yang
meminimalisir penggunaan bahan bakar dari fosil.)
Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan
dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan
waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya
adalah desain
bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan
lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan
memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan
agar hemat energi, antara lain:
1.
Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk
memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik.
2.
Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam
bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic
yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke
bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari
untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.
3.
Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang
intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol
penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya
sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.
4.
Menggunakan Sunscreen pada jendela
yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang
berlebihan masuk ke dalam ruangan.
5.
Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi
tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.
6.
Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua
pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang
ventilasi.
7.
Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin
(AC) dan lift.
2.
Working with climate
Building should be
design to work with climate and natural energy resources.
(Bangunan seharusnya
didesain untuk bekerja dengan baik dengan iklim dan sumber daya energi alam.)
Melalui pendekatan green architecture bangunan
beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi
alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian
bangunan, misalnya dengan cara:
1.
Orientasi bangunan terhadap sinar
matahari.
2.
Menggunakan sistem air pump dan cros
ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam
ruangan.
3.
Menggunakan tumbuhan dan air sebagai
pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
4.
Menggunakan jendela dan atap yang
sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang
sesuai kebutuhan.
3.
Minimizing new resources
A building should be
designed so as to minimized the use of resources and at the end of its useful
life to form the resources for other architecture.
(Bangunan seharusnya
didesain untuk meminimalisir penggunaan sumber daya dan pada akhir penggunaannya
bisa digunakan untuk hal (arsitektur) lainnya.)
4.
Respect for users
A green architecture
recognizes the importance of all people envolved with it.
(Green architecture mempertimbangkan
kepentingan manusia didalamnya )
5.
Respect for site
A building will touch
the earth lightly
(Bangunan didesain dengan
sesedikit mungkin merusak alam.)
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini
dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan
pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.
1.
Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain
yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
2.
Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu
pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.
3.
Menggunakan material lokal dan material yang tidak
merusak lingkungan.
6.
Holism
All the green
principles need to be embodied in a holistic approach to build environment.
(Semua prinsip diatas
harus secara menyeluruh dijadikan sebagai pendekatan dalam membangun sebuah
lingkungan.)
III.
Sifat-Sifat Arsitektur Hijau
Green architecture (arsitekture hijau)
mulai tumbuh sejalan dengan kesadaran dari para arsitek akan keterbatasan alam
dalam menyuplai material yang mulai menipis.Alasan lain digunakannya arsitektur
hijau adalah untuk memaksimalkan potensi site. Penggunaan material-material
yang bisa didaur-ulang juga mendukung konsep arsitektur hijau, sehingga
penggunaan material dapat dihemat. Green’ dapat diinterpretasikan sebagai
sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah lingkungan), dan high
performance building (bangunan dengan performa sangat baik).
A.Sustainable
( Berkelanjutan ).
Yang
berarti bangunan green architecture tetap bertahan dan berfungsi seiring zaman,
konsisten terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan –
perubuhan yang signifikan tanpa merusak alam sekitar.
B.
Earthfriendly ( Ramah lingkungan ).
Suatu
bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep green architecture
apabila bangunan tersebut tidak bersifat ramah lingkungan. Maksud tidak
bersifat ramah terhadap lingkungan disini tidak hanya dalam perusakkan terhadap
lingkungan. Tetapi juga menyangkut masalah pemakaian energi. Oleh karena itu
bangunan berkonsep green architecture mempunyai sifat ramah terhadap lingkungan
sekitar, energi dan aspek – aspek pendukung lainnya.
C.
High performance building.
Bangunan
berkonsep green architecture mempunyai satu sifat yang tidak kalah pentingnya
dengan sifat – sifat lainnya. Sifat ini adalah “High performance
building”. Mengapa pada bangunan green architecture harus mempunyai sifat ini?.
Salah satu fungsinya ialah untuk meminimaliskan penggunaan energi dengan
memenfaatkan energi yang berasal dari alam ( Enrgy of nature ) dan dengan
dipadukan dengan teknologi tinggi ( High technology performance ). Contohnya :
1).
Penggunaan panel surya ( Solar cell ) untuk memanfaatkan energi panas matahari
sebagai sumber pembangkit tenaga listrik rumahan.
2.)
Penggunaan material – material yang dapat di daur ulang, penggunaan konstruksi
– konstruksi maupun bentuk fisik dan fasad bangunan tersebut yang dapat
mendukung konsep green architecture.
IV.
Faktor Pendukung Green Arsitektur
Faktor-faktor
yang mendukung sebuah rumah menjadi rumah ramah lingkungan antara lain:
1.
Rangka atap baja ringan
Penggunaan baja ringan ini sebagai jawaban
atas semakin menipisnya jumlah kayu hutan kita. Baja ringan lebih efektif
dalam aplikasi atap. Pengerjaannya lebih efisien dalam waktu, dan lebih presisi
karena buatan pabrik.
2.
kusen, daun jendela, pintu menggunakan alumunium/ PVC/ UPVC
3.
Plafond menggunakan gypsum dan rangka besi hollow
4.
Atap tinggi
Hal
ini bermanfaat untuk sirkulasi udara yang berada di dalam rumah.
5.
Tritisan lebar
6.
Banyak bukaan
7.
Plafond tinggi
8.
Kanopi tiap jendela
9.
Luas bangunan sebaiknya tidak lebih dari 60% luas lahan
Perbandingan antara luas bangunan dengan
lahan hijau idealnya adalah 60-40. Yang mana fungsi taman tidak hanya sekedar
mempercantik penampilan rumah, tetapi juga sebagai daerah resapan air hujan.
Agar taman dapat dengan mudah menyerap air hujan, caranya tidak hanya dengan
tanaman, tetapi juga memberi pori-pori tanah dengan cara melubangi. Selain
sebagai resapan, taman juga berfungsi sebagai penyaring kebisingan dan debu.
Tentu rumah akan menjadi sehat jika minim debu.
Daftar Pustaka :
Hyde, Richard.2008. Bioclimatic Housing, Innovative Designs for Warm Climates.London: Cromwell Press
Daftar Pustaka :
Hyde, Richard.2008. Bioclimatic Housing, Innovative Designs for Warm Climates.London: Cromwell Press
D, Asrial.2010. Laporan Tugas Akhir
Hotel dan Kondominium. Definisi dan
Prinsip Arsitektur Hijau. Hal III-1 (Diakses tanggal 23 Juli 2013).
91, Hadi. 2010. Green Arsitektur (on line). http://hardi91.wordpress.com/2010/04/08/172/. (Diakses
tanggal 23 Juli 2013).
Izzah, Anisah.2012. Green Arsitektur (on line). http://arsitekturdanlingkungan.blogspot.com/2012/10/green-arsitektur.html.
(Diakses tanggal 23 Juli 2013).
Fahri, Lukman.2011.Green Arsitektur (On Line). http://lukmanfahri.blogspot.com/2011/10/green-arsitektur.html. (Diakses
tanggal 23 Juli 2013)